Kamis, 07 Mei 2020

Koceng oren belajar bahasa arab

Okeee temen-temen kembali lagi bersama saya koceng terkece, terkeren koceeeng oren. Kali ini koceeeng oren belajar bahasa araaaaab gaeees. Gak kalau kerennya sama kalian mahasiswa/i STAI Al Falah gitu loh. Mau liat koceeeng oren beraksi, yuk tonton vidionya. Jangan lupa like, komen dan subrek yah geeeees. Karna subreeek itu garatiiiiiiiis tiis tissss

Kamis, 16 April 2020

Koceng oren

Mau liat kucing loncat-loncat? Atau mau liat kucing oren ngeong-ngeong? Langsung aja klik di bawah ini...  cekidot hore
https://youtu.be/Tddbp43kd1A

Kamis, 02 April 2020

Cara Memperbaiki Link

Untuk Memperbaiki link yang tidak bisa dibuka, maka dibutuhkan beberapa langkah. diantaranya sebagai berikut:
1. Buka google drive anda, yang mana di dalam drive tersebut anda telah meng-upload file yang ingin anda pasang linknya di blogger anda.

2. Setelah anda masuk ke drive, anda telah disuguhkan dengan file yang akan anda ambil linknya untuk dipasang dibloger anda, yang tadinya tidak bisa dibuka. Nah untuk memperbaiki linknya kita  yang tidak berfungsi anda pilih file yang akan anda ambil linknya, setelah itu klik kanan di file tersebut. Akan ada pilihan "Dapatkan link", setelah itu anda sudah mendapatkan linknya.
3. Sekarang link file telah ada di gengaman anda. Anda tinggal masuk ke blogger anda untuk memperbaiki link yang tidak berfungsi
Catt: Tulisan yang diblok adalah link yang tidak berfungsi
4. Oke gaees. Setelah masuk ke blogger anda, kita edit postingan ini supaya linknya bisa berfungsi. Berikut adalah tampilan pengeditan
 5. Kita sekarang sedang berada di tahap pengeditan supaya link berfungsi. Untuk mempungsikan blok link yang akan anda fungsikan
6. Langkah selanjutnya setelah kita memblok link yang akan diaktifkan adalah memilih icon Link di toolbar atas. Setelah itu akan muncul pilihan Web adress
7. Setlanjutnya anda tinggal mencopy link yang telah anda gengam tadi dari drive ke web adress. Lalu klik oke

 8. Setelah tahap no. 7 telah selesai, dan anda sudah mengklik tombol oke. Maka link sudah berfungsi
Catt: Tanda link anda sudah berfungsi adalah dengan berubahnya warna menjadi biru. Nah ketika anda mengklik link tersebut maka anda akan langsung masuk ke file dalam link tersebut. Seperti dibawah ini.



Terima Kasih Semoga bermanfaaat.....

Cara Memasang Link

Tutorial Buat Link:
1. Masuk ke Google driver, ambil link dari file yang ingin di pasang linknya di blog, dengan mengklik titik 3 sebelah kanan di file ya diinginkan

2. Masuk ke blog dan buat postingan baru
4. Copy link dari google drive tadi
5. Blok link tadi

3. lalu pilih link (di bar atas)
4. klik link copy, link dari driver ke webb andres

5. Setelah itu klik oke

Kamis, 19 Maret 2020

Quisioner Multimedia




Ini adalaha hasil quisioner mengenai COVID 19 yang diisi oleh Mahasiswa/i STAI Al Falah. Bagi anda yang mau ikut andil bisa isi di link ini:


https://forms.gle/7cTRDXdP2FnZs5j48

Dampak Virus Corona Terhadap Pendidikan Indonesia

Mari kita sedikit berbicara tentang pandemi corona yang sedang trending di dunia. Silahkan masuk link atau bisa dowload filenya untuk menambah wawasan anda. Terima kasih



Kamis, 12 Maret 2020

NASIHAT MAWLANA SHAYKH HISHAM KABBANI TERKAIT VIRUS CORONA

Mawlana mengatakan, "Biarkan mereka tinggal di rumah dan melakukan dzikrullah, dan jika mereka harus pergi keluar rumah untuk suatu keperluan, bacalah, "Bismillaahi r-Rahmaani r-Rahiim.  Dzalika taqdiirul 'l-'Aziizi 'l-`Aliim  ‏ذلك تقدير العزيز العليم" untuk perlindungan. ❤️
_______
#MSHUK20 #ShaykhHisham #ShaykhHishamKabbani #AwliyaLove #Naqshbandi #Sufilive

Rabu, 04 Maret 2020

Ngobrol UU ITE


UNDANG UNDANG ITE
U
ndang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (disingkat UU ITE) atau Undang-undang nomor 11 tahun 2008 adalah UU yang mengatur tentang informasi serta transaksi elektronik, atau teknologi informasi secara umum. UU ini memiliki yurisdiksi yang berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, baik yang berada di wilayah Indonesia maupun di luar wilayah hukum Indonesia, yang memiliki akibat hukum di wilayah hukum Indonesia dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia dan merugikan kepentingan Indonesia.
Asas UU ITE
Pemanfaatan Teknologi ITE dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian, iktikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi.
Tujuan UU ITE
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan dengan tujuan untuk:
1.      Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia;
2.      Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
3.      Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik;
4.      Membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap Orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab; dan
5.      Memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara Teknologi Informasi.
Lembaga Penegak UU ITE
Lembaga lembaga di Indonesia yang menegakkan UU ITE diantaranya yaitu:
1.      Kementerian Komunikasi dan Informatika, berperan sebagai regulator, khususnya Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika yang memiliki 6 Direktorat, dan juga memiliki Penyidik Pegawai Negeri Sipil untuk menangani kasus-kasus pidana ITE.
2.      Kepolisian Negara Republik Indonesia, khususnya Unit IV Cybercrime, Direktorat Reserse Kriminal Khusus, Badan Reserse Kriminal
3.      ID-CERT - Indonesia Computer Emergency Response Team. ID-CERT didirikan sebagai komunitas pertama yang didirikan tahun 1998 untuk menangani insiden di internet. Didirikan oleh Budi Raharjo (Pakar IT dari ITB).
4.      ID-SIRTII/CC - Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure/Coordination Center. Lembaga yang dibangun beberapa komunitas TI Indonesia dan institusi negara untuk menangani ancaman infrastruktur internet. ID-SIRTII didirikan 2007 dibawah Ditjen Postel (pada awalnya) dan mengoordinir para komunitas CERT yang ada di Indonesia. ID-SIRTII memiliki wewenang memonitor log traffic internet, dan mengasistensi lembaga penegak hukum lainnya, penelitian pengembangan serta pelatihan
5.      Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) - Komunitas yang diberikan hak mengelola domain .id
Contoh Kasus UTE:
Kasus UU ITE yang pertama booming di tanah air menimpa seorang ibu dua anak bernama Prita Mulyasari pada tahun 2008. Prita dijerat UU ITE setelah dirinya dilaporkan oleh pihak Rumah Sakit Omni Internasional terkait surat elektronik tentang ketidakpuasan pelayanan rumah sakit yang ia kirim tersebar luas.
Pencemaran nama baik
Musisi sekaligus politisi Ahmad Dhani Prasetyo, dirinya terbukti bersalah setelah menyebarkan ujaran kebencian alias makar dengan kata-kata kasar "idiot", melalui vlog yang ia buat saat dirinya berada di Hotel Majapahit, Surabaya.
Dalam kasusnya, Ahmad Dhani kemudian dijatuhi hukuman selama satu tahun enam bulan penjara karena melanggar pasal 27 ayat 3 juncto pasal 45 ayat 3 Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) tentang pencemaran nama baik.
Dan masih banyak lagi kasus ITE yang menjerat berbagai macam kalangan masyarakat Indonesia.
Tanggapan tentang UU ITE
Tanggapan mengenai UU ITE sangat beragam, ada yang setuju, dan ada pula yang tidak. Mereka yang tidak sejutu beranggapan bahwa pemberlakuan UU ITE itu malah membuat masyarakat Indonesia tidak bebas mengekpresikan keinginannya di media elektronik/media sosial. Karna adanya pasal ITE tersebut. Namun setuju atau pun tidak ketika pemerintah sudah menetapkan maka peraturan itu akan berlaku untuk setiap orang yang berada di bawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terlepas daripada itu boleh saja kita menyatakan tanggapan kita tentang UU ITE, baik itu tanggapan setuju atau pun tidak setuju. Jika kita lihat daripada pemberlakuan UU ITE di zaman milenial atau era 4.0 ini, saya lebih condong kepada tanggapan setuju, melihat daripada kemajuan teknologi yang sangat pesat, dan banyaknya para pengguna teknologi, mulai dari surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, Facebook, instrgram dan lain sejenisnya. Tentunya dengan kemajuan ini pasti akan memiliki dampak negatif selain daripada dampak positif yang dirasakan masyarakat. Kemudian melihat daripada data yang kita terima daripada Southeast Asian Freedom of Expression Network (SAFENet) ada 245 laporan terkait UU ITE sejak 2008. Diantara kasus yang banyak dilaporkan adalah 20, 90 penghinaan dan fitnah (310-311 KUHP), 16, 95 ujaran kebencian SARA (Pasal 28 ayat 2 UU ITE), 49, 72 pencemaran nama baik (Pasal 27 ayat 3 UU ITE), 2, 82 Penodaan agama ( 156 KUHP), 2, 26 Cyber crime (Pasal 29 UU ITE), 1, 13 Muatan yang melanggar asusila (Pasal 27 ayat 1 UU ITE). Akan tetapi yang favorite diantara kasus diatas adalah pencemaran nama baik dengan jumlah angka 49, 72. Dari data diatas saya berpendapat bahwa pemberlakuan UU ITE itu harus, agara para pengguna elektronik lebih bijak dalam menggunakan alat elektroniknya tersebut, dan mereka tidak seenaknya saja meng-share informasi-informasi yang tidak jelas dari mana asal-usulnya, yang mungkin saja itu akan mengakibatkan daripada perpecahan di masyarakat. Sebagaimana kita rasakan sekarang, banyak sekali informasi-informasi yang tidak jelas dari mana, sehingga dari informasi tersebut masyarakat menjadi risau. Kemudian berdasarkan tangkapan kami daripada berita yang kami dapat, bahwa UU ITE itu bukan untuk melarang kita berekpresi di media elektronik, akan tetapi pemerintah lebih kepada memberikan batasan dan mengajarkan kita untuk lebih beretika di dalam berkomunikasi atau berekpresi di dalam media sosial.

Selasa, 03 Maret 2020

Biografi Mawlana Syeikh Nadzim Al Haqqani Qs

Oleh Dr. Gibril Fouad Haddad

Damaskus, 12 Rabiul Awal 1425 H/1 Mei 2004



Segala puji dan syukur bagi-Mu, wahai Tuhan kami, yang telah membimbing kami pada Samudra Rahmat dari Kebenaran dan Cahaya-Mu.   Allaahumma! Shalawat dan salam semoga Engkau curahkan kepada junjungan kami Sayyidina Muhammad (saw), Penutup para Nabi dan Rasul-Mu, yang membawa Quranul Karim, juga bagi keluarga dan seluruh Sahabatnya, serta para pewaris beliau, baik yang hidup di masa lalu, maupun di masa sekarang, terutama pewaris dan wakil utama beliau di zaman ini.

Hamba yang dhaif ini, Gibril ibn Fouad diminta untuk “Menulis biografi dan artikel tentang kekasih kita Mawlana Syekh Nazim (q) dengan kata-kata saya sendiri, khususnya tentang kehidupan dan ajaran-ajaran beliau dan pengalaman bersama beliau.”  Bulan ini adalah bulan Rabiul Awal 1425H (Mei 2004) dan ini adalah saat yang tepat untuk melakukannya. Semoga Allah (swt) mengilhami penulis dan pembaca tentang Mawlana Syekh Nazim (q) agar memiliki gambaran yang adil dan tepat terhadap figur yang mulia ini. Tidak ada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan-Nya.  Sebagaimana Dia melingkupi kebodohan kita dengan Ilmu-Nya, semoga pula Dia melingkupinya dengan Rahmat-Nya, Amin! (Al-Hamdulillah, izin telah diperoleh dari Mawlana untuk merilis tulisan ini pada hari ini.)

Nama lengkap Mawlana adalah Muhammad Nazim `Adil ibn al-Sayyid Ahmad ibn Hasan Yashil Bash al-Haqqani al-Qubrusi ash-Shalihi al-Hanafi (q), semoga Allah mensucikan ruhnya dan merahmati kakek moyangnya.  Kunyah (nama panggilan) beliau adalah Abu Muhammad – diambil dari nama anak laki-laki tertua beliau – selain itu beliau juga adalah ayah dari Baha’uddin, Naziha, dan Ruqayya.

Beliau dilahirkan pada tahun 1341 H (1922 M) di kota Larnaka, Siprus (Qubrus) dari keluarga Arab dengan akar budaya Tatar.  Beliau mengatakan kepada saya bahwa ayah beliau adalah keturunan dari Syekh `Abdul Qadir Al-Jailani (q).  Diceritakan pula kepada saya bahwa ibu beliau adalah keturunan dari Mawlana Jalaluddin ar-Rumi (q).  Ini menjadikan beliau sebagai keturunan dari Nabi suci Muhammad (saw) dari sisi ayahnya, dan keturunan dari Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq (ra) dari sisi ibunya.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di Siprus, Mawlana melanjutkan ke perguruan tinggi di Istanbul dan lulus sebagai sarjana Teknik Kimia.  Di sana, beliau juga belajar bahasa Arab dan Fiqh di bawah bimbingan Syekh Jamal al-Din al-Alsuni (wafat 1375H/1955M) dan menerima ijazah dari beliau.  Mawlana juga belajar tasawuf dan Tarekat  Naqsybandi dari Syekh Sulayman Arzarumi (q) (wafat 1368H/1948M) yang akhirnya mengirim beliau ke Syam (Suriah).

Mawlana melanjutkan studi Syariahnya ke Halab (Aleppo), Hama, dan terutama di Homs.  Beliau belajar di zawiyah dan madrasah Masjid Sahabat Agung Khalid ibn Al-Walid (ra) di Hims/Homs di bawah bimbingan Ulama besarnya dan memperoleh ijazah dalam Fiqh Hanafi dari Syekh Muhammad ‘Ali ‘Uyun al-Sud dan Syekh ‘Abd al-Jalil Murad, dan ijazah dalam ilmu Hadits dari Muhaddits Syekh ‘Abd al-‘Aziz ibn Muhammad ‘Ali ‘Uyun al-Sud al-Hanafi.

Perlu dicatat bahwa nama terakhir tadi adalah salah satu dari sepuluh guru hadits dari Rifa’i Hafizh di Aleppo, Syekhul Islam ‘Abd Allah Siraj al-Din (1924-2002 M), yang duduk berlutut selama dua jam di bawah kaki Mawlana Syekh ‘Abdullah Faiz Daghestani (q) ketika beliau mengunjungi Aleppo pada tahun 1959 dan yang memberikan bay’at dalam Tarekat Naqsybandi pada Mawlana Syekh Nazim (q) ketika beliau mengunjunginya terakhir kali di Aleppo pada tahun 2001, sebagaimana diriwayatkan kepada saya oleh Ustadz Muhammad `Ali ibn Mawlana al-Syekh Husayn ‘Ali dari Syekh Muhammad Faruq ‘Itqi al-Halabi yang juga hadir pada peristiwa tersebut.

Mawlana Syekh Nazim (q) juga belajar di bawah bimbingan Syekh Sa’id al-Siba’i yang kemudian mengirim beliau ke Damaskus setelah menerima suatu pertanda berkaitan dengan kedatangan Mawlana Syekh `Abdullah Faiz Ad-Daghestani (q) ke Suriah.  Setelah kedatangan awal beliau ke Suriah dari Daghestan di akhir tahun 30-an, Mawlana Syekh `Abdullah (q) tinggal di Damaskus, tetapi sering pula mengunjungi Aleppo dan Homs.  Di kota yang terakhir inilah, beliau mengenal Syekh Sa’id al-Siba’i yang adalah pimpinan dari Madrasah Khalid bin Walid (ra).  Syekh Sa’id menulis pada beliau (Mawlana Syekh ‘Abdullah (q), “Kami mempunyai seorang murid dari Turki yang luar biasa, yang sedang belajar pada kami.” Mawlana Syekh `Abdullah (q) menjawab, “Murid itu adalah milik kami; kirimkan dia kepada kami!”  Murid tersebut adalah guru kita, Mawlana Syekh Nazim (q), yang kemudian datang ke Damaskus dan memberikan bay’at beliau pada Grandsyekh kita pada kurun waktu antara tahun 1941 dan 1943.

Pada tahun berikutnya, Mawlana Syekh `Abdullah (q) pindah ke rumah baru beliau yang dibeli oleh murid Suriah pertamanya, dan khalifahnya yang masih hidup saat ini, Mawlana Syekh Husayn ibn ‘Ali  ibn Muhammad ‘Ifrini al-Kurkani ar-Rabbani al-Kurdi as-Syekhani al-Husayni (q) (lahir 1336H/1917M) – semoga Allah (swt) mensucikan ruhnya dan merahmati kakek moyangnya – di Qasyoun, sebuah gunung yang menghadap Damaskus, di mana Allah (swt) berfirman tentangnya; “Demi Tiin dan buah Zaitun! Demi Bukit Thursina!” (QS. 95:1-2).  Qatadah dan al-Hasan Al-Basri berkata, “At-Tiin adalah Gunung di mana Damaskus terletak [Jabal Qasyoun] dan Zaitun adalah Gunung di mana Jerusalem terletak.”  Diriwayatkan oleh ‘Abd al-Razzaq, al-Tabari, al-Wahidi, al-Bayzawi, Ibn al-Jawzi, Ibn Katsiir, al-Suyuti, as-Syaukani, dll., semua dalam tafsir-tafsir mereka.

Mawlana Syekh Nazim (q) juga membeli sebuah rumah dekat rumah Grandsyekh dan bersama Mawlana Syekh Husayn, membantu membangun Masjid al-Mahdi, Masjid Grandsyekh, yang akhir-akhir ini diperbesar menjadi sebuah Masjid Jami’, di mana di belakangnya terletak maqam dan zawiyah Grandsyekh, di mana hingga saat ini, makanan dan sup ayam yang lezat selalu disiapkan dalam kendi-kendi besar dan dibagi-bagikan kepada fakir miskin dua kali seminggu.

Mawlana Syekh Nazim (q) tinggal di Damaskus sejak pertengahan tahun 40-an hingga awal 80-an, sambil sesekali melakukan perjalanan untuk belajar atau sebagai wakil dari Grandsyekh, hingga Grandsyekh wafat pada tahun 1973. Setelah tahun itu, Mawlana tinggal di Damaskus selama beberapa tahun sebelum pindah ke Siprus.

Jadi, Mawlana, yang aslinya Cypriot, dan Grandsyekh, yang asalnya Daghistani, keduanya telah menjadi penduduk Damaskus “Syamiyyun” dan tinggal di distrik orang-orang salih (ash-shaalihiin) yang disebut Shalihiyya!  Tak ada keraguan lagi, bahwa pentingnya Damaskus bagi Mawlana dan Grandsyekh adalah karena Syam adalah negeri yang penuh berkah dan dilindungi melalui para Nabi dan Awliya’.

Imam Ahmad dan murid beliau, Abu Dawud meriwayatkan dengan sanad yang sahih bahwa Nabi suci (saw) bersabda, “Kalian harus pergi ke Syam.  Tempat itu telah terpilih secara Ilahiah oleh Allah (swt) di antara seluruh tempat di bumi-Nya ini.  Di dalamnya Dia melindungi hamba-hamba pilihan-Nya; dan Allah (swt) telah memberikan jaminan padaku berkenaan dengan Syam dan penduduknya!” Imam al-Nawawi (ra) berkata dalam kitabnya Irsyad Tullab al-Haqa’iq ila Ma’rifati Sunan Khayr al-Khala’iq, “Hadits ini berkenaan dengan fadilah (keistimewaan) yang besar dari Syam dan merupakan suatu fakta yang dapat teramati!”

Direktur pimpinan Dar al-Ifta’ (secara harfiah artinya “Rumah Fatwa”, maksudnya Majelis Fatwa seperti MUI di Indonesia, penerj.) di Beirut, Lebanon, Syekh Salahud Diin Fakhri mengatakan pada saya di rumah beliau di Beirut dan menulis dengan tangan beliau kepada diri saya,

“Pada suatu pagi di hari Ahad, 20 Rabiul Akhir 1386 H, bertepatan dengan hari Minggu 7 Agustus 1966 M, kami mendapat kehormatan untuk mengunjungi Syekh ‘Abd Allah al-Daghistani (q)–rahimahullah (semoga Allah merahmatinya) – di Jabal Qasyoun di Damaskus atas inisiatif serta disertai pula oleh Mawlana al-Syekh Mukhtar al-‘Alayli– rahimahullah – Mufti Republik Lebanon saat itu; [yang adalah paman dari Syekh Hisyam Kabbani], Syekh Husayn Khalid, imam dari Masjid Nawqara; Hajj Khalid Basyir – rahimahumallah  (semoga Allah merahmati keduanya); Syekh Husayn Sa’biyya [saat ini adalah direktur dari Dar al-Hadits al-Asyrafiyya di Damaskus]; Syekh Mahmud Sa’d; Syekh Zakariyya Sya’r; dan Hajj Mahmud Sya’r.  Syekh ‘Abdullah (q) menerima kami dengan amat baik dengan penyambutan yang ramah serta penuh kebahagiaan dan kegembiraan.  Syekh Nazim al-Qubrusi (q) – semoga Allah (swt) merahmati dan menjaga beliau – juga berada di situ saat itu!

Kami duduk dari pukul sembilan di pagi hari hingga tiba panggilan adzan Zhuhur, sementara Syekh (Grandsyekh ‘Abdullah Faiz ad-Daghestani, penerj.) – rahimahullah – menjelaskan tentang Syam (Suriah), keutamaannya, kelebihan-kelebihannya yang luar biasa, dan bahwa tempat itu merupakan tempat Kebangkitan dan bahwa Allah akan mengumpulkan seluruh manusia di sana untuk diadili dan dihisab.  Beliau menyebutkan pula hal-hal yang membuat hati dan pikiran kami tersentuh, dikuatkan pula oleh pengaruh suasana distrik Salihiyya yang suci, dan beliau berbicara pula tentang hubungan yang tak terpisahkan – dalam praktik maupun dalam teori – antara tasawwuf dengan Syariah… Semoga Allah membimbing dan menunjukkan pada kita petunjuk-Nya dalam perkumpulan dan shuhbah  dengan Awliya’-Nya yang shiddiq.  Aamiin, yaa Rabbal ‘Aalamiin!”

Masih banyak lagi nama-nama Ulama dan Awliya’ Syam yang prestisius yang mencintai dan bersahabat dengan Syuyukh kita dalam periode keemasan tersebut, seperti Syekh Muhammad Bahjat al-Baytar (1311-1396), Syekh Sulayman Ghawji al-Albani (wafat 1378H), ayah dari guru kami, Syekh Wahbi, Syekh Tawfiq al-Hibri, Syekh Muhammad al-‘Arabi al-‘Azzuzi (1308-1382H) Mufti dari Lebanon, dan Syekh utama dari guru kami Syekh Husayn ‘Usayran, al-‘Arif Syekh Syahid al-Halabi, al-‘Arif Syekh Rajab at-Ta’i, Syekh al-Qurra’(ahli qira’at Quran, penerj.) Syekh Najib Khayyata al-Farazi al-Halabi, al-‘Arif Syekh Muhammad an-Nabhan, Syekh Ahmad ‘Izz ad-Din al-Bayanuni, al-‘Arif Syekh Ahmad al-Harun (1315-1382H), Syekh Muhammad Zayn al-‘Abidin al-Jadzba, dan lain-lain – semoga Allah (swt) merahmati mereka semuanya!

Dari tiga puluh tahun shuhbah (asosiasi) yang penuh berkah antara Mawlana dan Grandsyekh tersebut, muncullah buku Mercy Oceans (secara harfiah berarti Samudra Kasih Sayang, merujuk pada buku-buku lama kumpulan shuhbah  Mawlana Syekh Nazim al-Haqqani, penerj.) yang tak tertandingi, yang hingga kini masih tersebar pada setiap salik dengan judul-judulnya: Endless Horizons (“Cakrawala tanpa Batas”, penerj.), Pink Pearls (“Mutiara-Mutiara Merah Muda”, penerj.), Rising Suns (“Matahari-Matahari yang sedang terbit”, penerj.). Tak ada keraguan lagi, kumpulan-kumpulan shuhbah awal tersebut adalah tonggak-tonggak utama dari seruan dakwah Islam seorang diri Mawlana Syekh Nazim (q) di Amerika Serikat dan Eropa, dengan karunia Allah (swt)!

Semoga Allah (swt) melimpahkan lebih banyak berkah-Nya pada Mawlana Syekh Nazim (q) dan mengaruniakan kepada beliau maqam-maqam tertinggi yang pernah Dia karuniakan kepada kekasih-kekasih-Nya, berdekatan dengan junjungan kita, Sayyidina Muhammad (saw), yang bersabda,

“Jika seseorang melakukan perjalanan untuk mencari ilmu, Allah (swt) akan membuatnya berjalan di salah satu di antar jalan-jalan Surga, dan para Malaikat akan merendahkan sayap mereka karena bahagia dan gembira pada orang yang mencari ilmu, dan para penduduk langit dan bumi serta ikan-ikan dalam lautan akan memohonkan ampunan bagi seorang pencari ilmu!  Keutamaan dari seorang yang berilmu atas orang-orang beriman secara umum bagaikan terangnya bulan purnama di kegelapan malam atas segenap bintang-gemintang!  Ulama adalah para pewaris Nabi, dan para Anbiya itu tidaklah memiliki dinar ataupun dirham, mereka hanya meninggalkan ilmu dan pengetahuan; dan orang yang mengambilnya sungguh telah mengambil bagian yang banyak!”

Tempat pertama yang saya datangi untuk mencari pengetahuan Nabawi ini adalah London di bulan Ramadan 1411 H, setelah saya bersyahadat laa ilaaha illa Allah, Muhammadun Rasulullah.  Di sanalah, saya meraih tangan suci Mawlana untuk pertama kali dan melakukan bay’at (janji setia) setelah diperkenalkan pada Tarekat ini oleh menantu beliau, dan khalifah beliau di Amerika Serikat, Syekh Hisyam Kabbani (q) – semoga Allah membimbingnya dan membimbing seluruh sahabat-sahabat Mawlana!

Saya mengunjungi Mawlana beberapa kali di rumah beliau di Siprus dan juga bertemu beliau di Damaskus.  Di antara hadiah Shuhba yang diberikan Mawlana adalah pada dua minggu terakhir di bulan Rajab di tahun 1422H – Oktober 2001 – di rumah dan zawiyah beliau di kota Lefke, Siprus. Catatan pengalaman ini telah ditulis dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris, serta diterbitkan dengan judul Qubrus al-Tarab fii Shuhbati Rajab  atau Kebahagiaan Siprus dalam Shuhbat.

Pada saat itulah, dan juga saat-saat berikutnya, selama dua kunjungan terakhirnya ke Amerika Serikat, Inggris, serta di Siprus dan Damaskus, saya mendapatkan petunjuk agung yang sama bagi setiap pencari kebenaran:

“Tujuan kita adalah untuk melindungi serta melukiskan Nabi Muhammad (saw) dan sifat-sifat beliau yang luhur dan agung, baginya shalawat dan salam serta bagi ahli-bait dan sahabat-sahabat beliau; yang untuk ini Allah (swt) mendukung kita!”

Dari sini, saya mengerti bahwa murid yang sesungguhnya dalam Tarekat Naqsybandi-Haqqani adalah sahabat, penolong dan pendukung dari setiap pembela Sayyidina Muhammad (saw), dan adalah tugasnya untuk bersahabat dan berasosiasi dengan para pembela seperti itu karena mereka berada pada jalan Mawlana, tak peduli apakah mereka adalah Naqsybandi atau bukan.

Ketika seorang Waliullah yang telah berumur delapan puluh tahunan di Batu Pahat, Johor, Malaysia, al-Habib ‘Ali ibn Ja’far ibn ‘Abd Allah al-‘Aydarus menerima kami di rumahnya di bulan Mei 2003, beliau mengenakan pakaian yang tidak pernah berubah sejak tahun 1940-an, beliau terlihat seperti Mawlana Syekh Nazim (q) dalam segenap aspeknya, dan bahkan terlihat menyerupainya ketika beliau meminta maaf atas bahasa Arabnya yang tidak fasih.  Ketika kami memohon doa beliau untuk negeri-negeri kami yang terluka dan bagi penduduknya, beliau menjawab, “Umat ini terlindungi dan berada pada tangan-tangan yang baik, dan pada Syekh Nazim (q) telah kau dapati kebercukupan!”

Jadi dalam setiap perjumpaan murid Mawlana yang sederhana ini dengan para Awliya di antara umat ini; mereka semua menunjukkan penghormatan yang tinggi serta kerendahan hati yang amat dalam terhadap Mawlana dan silsilah beliau, sekalipun mereka secara lahiriah (penampakan luar) berada pada jalan (tarekat) yang berbeda, seperti al-Habib ‘Ali al-‘Aydarus di Malaysia, Sayyid Muhammad ibn ‘Alawi al-Maliki di Mekah, al-Habib ‘Umar ibn Hafizh di Tarim, Sayyid Yusuf ar-Rifa’i di Kuwait, Syekh ‘Isa al-Himyari di Dubai, Sayyid ‘Afif ad-Din al-Jailani dan Syekh Bakr as-Samarra’i di Baghdad, as-Syarif Mustafa ibn as-Sayyid Ibrahim al-Basir di Maroko tengah, Grandmufti Suriah (alm.) Syekh Ahmad Kuftaro ibn Mawlana al-Syekh Amin dan sahabat-sahabatnya Syekh Bashir al-Bani, Syekh Rajab Dib, dan Syekh Ramazan Dib; Syuyukh Kattani dari Damaskus; Syekh (alm.) ‘Abd Allah Siraj ud-Din dan keponakan beliau Dr. Nur ud-Din ‘Itr; Mawlana as-Syekh ‘Abd ur-Rahman as-Shaghuri; Dr. Samer al-Nass; dan guru-guru serta saudara-saudara kita lainnya di Damaskus – semoga Allah (swt) selalu melindungi Damaskus dan melimpahkan rahmat-Nya bagi mereka dan diri kita!  Saya telah bertemu dengan semua nama yang saya sebut di atas kecuali Syekh Sirajud-Din dan mereka semua mengungkapkan tarazzi atas Mawlana as-Syekh Nazim, mengungkapkan keyakinan atas ketinggian wilayah-nya (derajat kewalian, penerj.) dan memohon doa beliau atau doa pengikut-pengikut beliau;

“…Dan cukuplah Allah (swt) sebagai saksi. Muhammad itu adalah utusan Allah…” (QS. 48:28-29)

Sudah menjadi suatu aturan yang disepakati di antara para Rijal-Allah (maksudnya para Kekasih Allah, penerj.) bahwa keragaman jalan ini adalah tema (dandana, maksudnya kira-kira “diperuntukkan bagi”, penerj.) mereka yang belum terhubungkan (mereka yang belum mencapai akhir perjalanan, mereka yang belum mendapatkan ‘amanat’-nya, penerj.), sementara mereka yang telah mawsul (“sampai”, penerj.) semua berada pada satu jalan dan dalam satu lingkaran dan mereka saling mengetahui dan mencintai satu sama lain.  Mereka akan berada di mimbar-mimbar cahaya pada Hari Kebangkitan.  Oleh karena itu, kita, murid-murid dari jalan-jalan (Thuruq, jamak dari Thariqat) itu mestilah pula saling mengetahui, mengenal dan mencintai satu sama lain demi keridhaan Allah (swt) dan Nabi-Nya serta para Kekasih-Nya agar diri kita mampu memasuki cahaya penuh berkah tersebut dan masuk dalam lingkaran tertinggi dari shuhba  (persahabatan) dan jama’ah, serta jauh dari furqa  (perpecahan) dan keangkuhan.

Sebagaimana Allah (swt) berfriman: “Yaa Ayyuha l-ladziina aamanu t-taqu ul-laaha wa kuunuu ma’as shadiqiin” “Wahai orang-orang beriman takutlah kalian akan Allah dan tetaplah berada [dalam persahabatan dan kesetiaan] dengan orang-orang yang Benar (Shiddiqiin)!”; dan Nabi Suci kita (saw) bersabda, “Aku memerintahkan pada kalian untuk memgikuti sahabat-sahabatku dan mereka yang mengikutinya (tabi’in, penerj.), kemudian mereka yang mengikutinya (tabi’it tabi’in, penerj.); setelah itu, kebohongan akan merajalela… Tetapi kalian mestilah tetap berada pada Jama’ah dan berhati-hatilah terhadap perpecahan!”

Jamaah inilah yang dilukiskan dalam suatu hadits mutawatir (diriwayatkan banyak orang, penerj.): Ia yang dikehendaki Allah (swt) untuk beroleh kebajikan besar, akan Dia karuniakan padanya pemahaman yang benar (haqq) dalam Agama. Aku (mengacu pada Nabi (saw), penerj.) hanyalah membagikan dan adalah Allah yang mengkaruniakan!  Kelompok itu akan tetap menjaga Perintah dan Aturan Allah, tak akan terlukai oleh kelompok yang menentang mereka, hingga datangnya Ketetapan Allah.”

Ya Allah, jadikanlah kami selalu bersyukur atas apa yang telah Kau karuniakan dan yang telah Rasul-Mu dan Habib-Mu bagikan!

Saya mendengar Mawlana Syekh Nazim (q) berkata beberapa kali atas nama guru beliau, Sultan al-Awliya’ Mawlana as-Syekh ‘Abd Allah ibn Muhammad ‘Ali ibn Husayn al-Fa’iz ad-Daghestani tsumma asy-Syami ash-Shalihi (q) (ca. 1294-1393 H) [1]

dari Syekh Syaraf ud-Din Zayn al-‘Abidin ad-Daghestani ar-Rasyadi (q) (wafat 1354 H)
dari paman maternal (dari sisi ibu) beliau, Syekh Abu Muhammad al-Madani ad-Daghistani al-Rasyadi (q) [2],
dari Syekh Abu Muhammad Abu Ahmad Hajj ‘Abd ar-Rahman Effendi Ad-Daghistani ats-Tsughuri (q) (wafat 1299 H) [3],
dari Syekh Jamal ud-Din Effendi al-Ghazi al-Ghumuqi al-Husayni (q) (wafat 1292 H) [4],
juga (keduanya baik ats-Tsughuri maupun al-Ghumuqi) dari Muhammad Effendi ibn Ishaq al-Yaraghi al-Kawrali (q) (wafat 1260 H) [5],
dari Khass Muhammad Effendi asy-Syirwani ad-Daghestani (q) (wafat 1254 H) [6],
dari Syekh Diya’uddin Isma’il Effendi Dzabih Allah al-Qafqazi asy-Syirwani al-Kurdamiri ad-Daghestani (q) (wafat. ? )
dari Syekh Isma’il al-Anarani (q) (wafat 1242 H),
dari Mawlana Diya’uddin Khalid Dzul-Janahayn ibn Ahmad ibn Husayn as-Shahrazuri al-Sulaymani al-Baghdadi al-Dimashqi an-Naqsybandi al-‘Utsmani ibn ‘Utsman ibn ‘Affan Dzun-Nurayn (q) (1190-1242 H) dengan rantai sanadnya yang masyhur hingga Syah Naqsyband Muhammad ibn Muhammad al-Uwaysi al-Bukhari (q) yang berkata,


“Tarekat kami adalah SHUHBAT  (persahabatan) dan kebaikannya adalah dalam JAMA’AH (kelompok)”

Semoga Allah (swt) meridhai mereka semuanya, merahmati mereka, dan mengaruniakan pahala-Nya bagi mereka, dan memberikan manfaat bagi kita lewat mereka melalui telinga kita, hati-hati kita, dan keseluruhan wujud kita, Amin.

Beberapa kritik dari “Calon Sufi” atas Tarekat Haqqani mengatakan atas tarekat kita dengan apa yang mereka sebut sebagai “kurang dalam sisi ilmu”.  Seorang Sufi yang teliti akan menjadi orang terakhir yang mengatakan kritik yang menyesatkan seperti itu!  Semestinya mereka menjadi orang-orang pertama yang mengetahui bahwa ilmu, sebagai ilmu saja, tidak hanya tanpa manfaat, tetapi juga dapat menjadi perangkap mematikan yang mengarah kepada kebanggaan syaithaniyyah.  Tak ada maaf baik bagi orang yang sombong (yaitu dengan ilmunya, penerj.) maupun orang yang bodoh; hanya Sufi yang penuh cinta, ketulusan, serta bertobatlah, walau memiliki kekurangan dalam ilmu dan adabnya, yang lebih dekat pada Allah (swt) dan pada ma’rifatullah  (pengenalan akan Allah) daripada seorang Sufi berilmu yang menyimpan dalam hatinya kesombongan walau hanya setitik debu.  Semoga Allah (swt) melindungi diri kalian dan diri kami!

Ibrahim al-Khawwass berkata bahwa ilmu (pengetahuan) bukanlah untuk mengetahui banyak hal, tapi untuk menaati Sunnah dan mengamalkan apa yang diketahui sekalipun itu hanya sedikit.

Imam Malik berkata bahwa ilmu bukanlah untuk mengetahui banyak hal, tapi ia adalah cahaya Allah (swt) yang Dia timpakan pada hati.

Imam as-Syafi’i berkata bahwa ilmu bukanlah untuk mengetahui bukti dan dalil, melainkan untuk mengetahui apa yang bermanfaat.

Dan ketika seseorang berkata tentang Ma’ruf al-Karkhi (murid dari Dawud at-Ta’i, yang merupakan murid dari Habib ‘Ajami, murid dari Hasan al-Bashri; guru dari Sari as-Saqati, guru dari Sayyid Taifa Junayd al-Baghdadi, penerj.), “Dia bukanlah seseorang yang amat alim (berilmu),” Imam Ahmad pun berkata, “Mah!  Semoga Allah (swt) mengampunimu!  Adakah hal lain yang dimaksudkan oleh Ilmu selain dari apa yang telah dicapai oleh Ma’ruf?!”

Kritik lain berisi keberatan atas Rabithah atau “Ikatan”, suatu karakteristik khusus dari Tarekat Naqsybandi.  Lebih jelasnya, mereka yang mengkritik rabithah ini berkeberatan atas unsur tasawwur atau “Penggambaran” dalam rabithah  yang meminta Murid untuk menggambarkan wujud sang Syekh dalam hatinya pada permulaan maupun selama dzikir.  Tetapi Allah (swt) telah berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah e itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” [33:21] dan Dia berfirman pula, “Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; “ [2:189] dan karena itulah kita datang kepada Nabi (saw) melalui ash-Shiddiq (ra), dan datang kepada beliau melalui Salman (ra), dan datang kepada beliau melalui Qasim (ra), dan kepada beliau dari Sayyid Ja’far (as), dan seterusnya.  Karena “Ulama adalah para pewaris Nabi”, dapat dipahami bahwa Mursyid adalah teladan kita bagi teladan Nabi tersebut (merujuk pada ayat 33:21 di atas, penerj.) dan ia (Mursyid) mestilah seseorang di antara mereka yang atas mereka, Nabi e bersabda, “Jika kalian melihat mereka, kalian ingat akan Allah!” Hadits ini diriwayatkan dari Ibn ‘Abbas , Asma’ bint Zayd, dan Anas (semoga Allah ridha atas diri mereka semua), juga dari Tabi’in Sa’id ibn Jubayr, ‘Abd al-Rahman ibn Ghanam, dan Muslim ibn Subayh.

Beberapa orang memprotes terhadap konsep fana’  sang Murid dalam diri Syekh, atau fana’ fis-Syekh. Mereka berkata, “Syekhmu hanyalah seorang manusia; jadikanlah fana’-mu pada diri Rasulullah (saw)!” Tetapi, adalah salah untuk menyamakan Syekh pembimbing sama seperti yang lain.  Syekh Ahmad Sirhindi qaddas-Allahu sirrahu – berkata: “Ketahuilah bahwa melakukan perjalanan (suluk) pada tarekat yang paling mulia ini adalah dengan ikatan (rabithah) dan cinta pada Syekh yang kita ikuti.  Syekh seperti itulah yang berjalan dalam tarekat ini dengan keteguhan (istiqamah), dan ia tercelupi (insabagha) dengan segenap macam kesempurnaan melalui kekuatan daya tarik Ilahiah (jadzbah).  Pandangannya menyembuhkan penyakit-penyakit hati dan konsentrasinya atau pemusatan pikirannya (tawajjuh) mengangkat habis cacat-cacat rohani.  Pemilik dari kesempurnaan-kesempurnaan ini adalah Imam dari zaman ini dan Khalifah pada waktu itu… jadi, ikatan kita (padanya) adalah (melalui) cinta, dan hubungan (nisbah) kita dengannya adalah pencerminan dan pencelupan diri, tak peduli apakah diri kita dekat atau jauh (secara fisik darinya, penerj.). Hingga kemudian sang murid akan tercelupkan dalam tarekat ini melalui ikatan cintanya pada Syekh, jam demi jam, dan tercerahkan oleh pantulan cahaya-cahayanya.

Dengan pola seperti ini, pengetahuan terhadap proses bukanlah suatu prasyarat untuk memberi atau menerima manfaat.  Buah semangka matang oleh panas matahari jam demi jam dan menghangat dengan berlalunya hari… Buah semangka itu semakin matang, namun pengetahuan seperti apakah yang dimiliki oleh semangka terhadap proses ini?  Apakah sang surya mengetahui bahwa dirinya sedang mematangkan dan menghangatkan semangka itu?

Sebagaimana disebutkan di atas, keberatan terhadap konsep fana’ fis-Syekh berarti pula keberatan terhadap cinta pada Syekh.  Kita semua memiliki keinginan dan tujuan untuk mencintai Syekh kita dan mengetahui bahwa beliaulah objek yang paling patut menerima cinta dan hormat kita di dunia ini.

Sebagaimana sang penyair berpuisi:

Atas kesetiaan padamu yang suci dan tuluslah, aku berkata,

“Cinta atasmu terpahat dalam kalbu dari kalbu-kalbuku,

sebagai suatu ukiran yang dalam [NAQSY], suatu prasasti kuno.

Tak kumiliki lagi kehendak [IRADAH] apa pun, selain cintamu,

tak pula dapat kuucapkan apa pun padamu, selain “aku cinta padamu.”

Tentang hal ini, Mawlana berkata pada suatu kesempatan baru-baru ini,  “Kita telah diperintahkan untuk mencintai orang-orang suci.  Mereka adalah para Nabi, dan setelah para Nabi, adalah para pewaris mereka, Awliya’. Kita telah diperintahkan untuk beriman pada para Nabi, dan iman memberikan pada diri kita Cinta. Cinta membuat manusia untuk mengikuti ia yang dicintai. ITTIBA’ bermakna untuk mencintai dan mengikuti, sementara ITA’AT bermakna [hanya] untuk mengikuti.  Seseorang yang taat mungkin taat karena paksaan atau karena cinta, tetapi tidaklah selalu karena cinta.”

“Nah, Allah I menginginkan hamba-hamba-Nya untuk mencintai-Nya. Dan para hamba tidaklah mampu menggapai secara langsung cinta atas Tuhan mereka. Karena itulah, Allah I mengutus, sebagai utusan dari Diri-Nya, para Nabi yang mewakili-Nya di antara para hamba-Nya.  Dan setiap orang yang mencintai Awliya’ dan Anbiya’, melalui Awliya’ akan menggapai cinta para Nabi. Dan melalui cinta para Nabi, kalian akan menggapai cinta Allah.”

“Karena itu, tanpa cinta, seseorang tak mungkin dapat menjadi orang yang dicintai dalam Hadirat Ilahi.  Jika kalian tak memberikan cinta kalian, bagaimana Allah I akan mencintai kalian?”

“Namun manusia kini sudah seperti kayu, yang kering, kayu kering, mereka menyangkal cinta.  Mereka adalah orang-orang yang kering – tak ada kehidupan! Suatu pohon, dengan cinta, terbuka, bersemi dan berbunga di kala musim semi.  Tetapi kayu yang telah kering, bahkan seandainya tujuh puluh kali musim semi mendatanginya, tak akan pernah terbuka.  Cinta membuat alam ini terbuka dan memberikan buah-buahannya, memberikan keindahannya bagi manusia.  Tanpa cinta, ia tak akan pernah terbuka, tak akan pernah berbunga, tak akan pernah memberikan buahnya.”

“Jadi Cinta adalah pilar utama paling penting dari iman.  Tanpa cinta, tak akan ada iman. Saya dapat berbicara tentang hal ini hingga tahun depan, tetapi kalian harus mengerti, dari setetes, sebuah samudra!” (akhir shuhbat Mawlana).

Dengan dan melalui Mawlana, Allah (swt) telah membuat segala macam hal yang sulit menjadi mudah.  Kita sangat bersyukur mengetahui beliau karena beliaulah jalan pintas bagi kita menuju nuur/cahaya dalam Agama ini.  Nur ini adalah tujuan dan sasaran dari setiap orang yang sehat.  Nur dan cahaya inilah yang dilukiskan dalam Ayat yang Agung,

“Allah (swt) menganugerahkan al-hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Qur’an dan As-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak.  Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” [2:269]

Semoga Allah (swt) mengaruniakan bagi diri kita hikmah ini dan menjaga diri kita pada Jalan yang telah Dia perintahkan dan Dia ridhai bagi diri kita!  Semoga Allah (swt) mengaruniakan pada Mawlana umur panjang dalam kesehatan dan mengaruniakan pada diri kita tingkatan (maqam) Murid Sejati demi kehormatan orang yang paling mulia, Sayyidina Muhammad  (saw)!

Catatan:

[1] Ada beberapa variasi pendapat tentang tahun lahirnya Mawlana as-Syekh ‘Abd Allah (q), berkisar antara 1284 H (dalam kitab at-Thariqat an-Naqsybandiyya, karangan Muhammad Darniqa) hingga 1294 H menurut murid tertua Syekh ‘Abdullah (q), Mawlana as-Syekh Husayn (q) (dalam kitab at-Thariqat an-Naqsybandiyya al-Khalidiyya ad-Daghistaniyya, karangan Ustadz Muhammad ‘Ali ibn as-Syekh Husayn) hingga 1303 H dalam kitab al-Futuhat al-Haqqaniyya, karangan Syekh ‘Adnan Kabbani (q) serta 1309 H dalam buku The Naqshbandi Sufi Way, karangan Syekh Hisyam Kabbani (q).

[2]  Beliau menerima pula Tarekat Qadiriah dari Syekh Ibrahim al-Qadiri (demikian pula Syekh Jamaluddin) yang dengan bimbingannya, beliau memulai suluknya hingga Syekh Ibrahim menyuruhnya ke Syekh ats-Tsughuri, lihat ‘Ali, Thariqat Naqsybandiyya (halaman 229).

[3]  lihat Hadaya al-Zaman fi Tabaqat al-Khawajagan an-Naqsybandiyya (halaman 375) karangan Syu’ayb ibn Idris al-Bakini.  Beliau mengambil pula dari al-Yaraghi, lihat Sullam al-Wusul karangan Ilyas al-Zadqari, sebagaimana dikuti di Hadaya (halaman 378).

[4]  lihat Hadaya, al-Bakini (halaman 396). Beliau menerima Thariqat Qadiri dari Syekh Ibrahim al-Qadiri dan memperkenalkan dzikir jahr dalam cabang Daghistani dari Naqshbandiyya melalui ijazah tersebut, lihat al-Bakini, Hadaya (halaman 396); ‘Ali, Thariqat Naqsybandiyya (halaman 229).

[5] dan bukannya 1254 H, sebagaimana secara salah disebutkan di beberapa sumber. Koreksi ini dari ‘Ali, Thariqat Naqsybandiyya (halaman 214). Muhammad al-Yaraghi juga mengambil secara langsung  dari Syekh Isma’il asy-Syirwani, lihat al-Bakini, Hadaya (hal. 350-351).

[6] dari Syirwan di masa sekarang di Azerbaijan.  Beliau wafat di Damaskus dan dimakamkan di Jabal Qasyoun, di samping Mawlana Khalid (q) dan Mawlana Isma’il al-Anarani (q) yang merupakan penerus pertama Mawlana Khalid (q), yang wafat tujuh belas hari setelah wafatnya Mawlana Khalid (q), keduanya karena wabah – semoga Allah (swt) merahmati mereka semua dan seluruh Syuhada’-Nya.

Senin, 02 Maret 2020

Candi Borobudur Dalam Pandangan Metafisika Maulana Syeikh Hisyam Al Kabbani

Bismillahirrahmanirrahim
Pada tahun 2003 dalam kunjungan dakwahnya Mawalana Syeikh Hisyam Al Kabbani ke Indonesia, beliau menyempatkan diri untuk berkunjung ke Candi Borobudur. Dalam kunjungannya tersebut Syeikh Hisyam menjelaskan sejarah Candi Borobudur dalam pandangan metafisiknya. Menurut beliau Candi borobudur adalah pusatnya jin. Di stupa itu ada lebih daripada 1000 jin yang tinggal di dalamnya. Stupa itu simestris antara stupa satu dengan yang lainnya, jaraknya sama, rentangannya sama, dan semua berbentuk lingkaran sama. Ada 1-3 stupa yang mewakili bulatnya itu, dan ini (stupa paling besar) adalah pusatnya. Ini mewakili daripada 5 tingkatan hati, didalam setiap tingkatan itu terdapat rahasia-rahasianya tersendiri,
makanya semakin sini semakin rendah, bulatan yang besar semacam pagar penjaga supaya tidak masuk pada kebaikan, karena apa" yang ada diluar tembok iti adalah kejahatan, sedangkan yang didalamnya itu adalah kebaikan. Tembok ini adalah pagar yang melindungi hati manusia dari seragan" syetan. Bagi mereka yang masuk kedalam tembok tsb, maka dia akan selamat dari syetan. Disini ada beberapa tingkatan, mulai dari tingkatan pertama, kedua, ketiga, sampai pada tingkatan yang paling tinggi. Pada tingkatan pertama terkandung rahasia di dalamnya, artinya pada tingkatan pertama ini adalah tingkatan paling rendah di dalam hal kebaikan hati. Tingkatan kedua adalah rahasia diatas rahasia, tingkatan selanjutnya adalah rahasia diatas rahasianya rahasia, artinya kebaikan yang lebih dalam lagi. Tingkatan ke-4 adalah tersembunyi. Tersembunyi lebih dari rahasia, tingkatan ini sangat tersembunyi, makanya orang-orang tidak mengetahui apa yang ada disini. Tutup dupa ini adalah pagar kebaikan dari kejahatan, makanya bentuknya sepeti payung yang menutupi kebaikan dari kejahatan, dan ditengah-tengahnya itu ada seperti tongkat yang mengarah ke atas layaknya seperti satelit atau antena, ini adalah pelantara penerimaan informasi ketuhanan, jika kita lihat pada orang(patung) yang ada didalamnya didalamnya, kepalanya tepat sejajar dengan radar tsb. Jadi pengetahuannya datang melalui saluran tsb menuju kepalanya langsung, ia menerimanya dan masuk kedalam hatinya.
Terdapat sejarah yang terdahulu sebelum adanya Nabi Isa As, yang mana sejarah tsb kita tidak tahu dari mana mereka mendapatkannya, dari Nabi yang mana mereka mendapatkanya. Dan dari situ mereka ingin menjaga tradisi sejarah tsb, akan tetapi mereka malah merubahnya, memodifikasinya, sehingga mereka menjadi orang-orang yang menyembah patung. Akan tetapi sebelumnya telah datang kepada mereka nabi yang mengajarkan mereka tentang kema'rifatan, namun setelah nabi itu wafat mereka merubah ajarannya, sama halnya seperti agama-agama lain berubah. Untuk itulah kenapa pada saat itu Rosulullah Saw melarang kita untuk berziaroh, sebab dikhawatirkan umatnya akan menyembah kuburan.
Disini ada 72 stupa, Nabi Muhammad saw telah memberi tahu kita bahwa umatnya akan terpecah kepada 73 golongan, dan satu golongan yang berbeda dari 73 itu adalah meraka yang ada dalam kebenaran, dan 72nya itu berada di neraka.
Dan sekarang jin yang di Candi Borobudur sudah di Islam kan oleh Shaykh Hisham, dan Mawalana Shaykh Hisham adzan di Borobudur.

Kamis, 27 Februari 2020

Yuk kita Kerja Cerdas

Vidio ini mengingatkan kita pada risalah kecintaan Al Magfurlah KH. Q Ahmad Syahid. Yang mana ketika itu beliau berpesan 4K: Kerja Cerdas, Kerja Keras, Kerja Tegas, Kerja Ikhlas

Mawlana Sayyid Syeikh Muhammad Hisyam Al Kabbani

Ya Allah, karuniakan kepada kami setiap keberkahan dari bulan suci Rajab ini, bulan-Mu!  Kami bertobat atas segala dosa-dosa kami dan kami berserah diri kepada-Mu.  Laa ilaha illa Anta, subhanaka inni kuntu mina 'zh-zhaalimiin.  Tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang yang berbuat zalim (para pendosa)!

MALAM PERMINTAAN YANG SUCI: LAYLATUL RAGHAIB
Laylatul Raghaib adalah malam sebelum Jumat pertama di bulan suci Rajab.  Nabi Muhammad (saw) bersabda, "Jangan lewatkan malam Jumat pertama dari bulan Rajab, karena itu adalah malam di mana para malaikat menyebutnya, 'Laylatul Raghaib' yaitu malam (dikabulkannya) segala permintaan.  Hal ini karena ketika telah masuk sepertiga malam pertama, tidak ada lagi malaikat yang masih berada di langit maupun di bumi, mereka semua berkumpul di Ka`bah di Mekah dan daerah di sekitarnya.

Allah (swt) akan turun untuk melihat bahwa mereka semua telah berkumpul di sana, dan Dia akan berfirman, "Wahai Malaikat-Ku, mintalah pada-Ku apa pun yang kalian inginkan!"  Mereka akan menjawab, "Wahai Tuhan kami, permohonan kami adalah agar Engkau mengaruniakan ampunan bagi orang-orang yang dengan tulus menjaga puasanya di bulan Rajab."  Kemudian Allah (swt) akan menjawab, "Permintaan itu sudah Aku kabulkan!"

~ Mawlana Shaykh Nazim (q)

Kamis, 20 Februari 2020

Pepeling Hirup

Jang sholat teh kudu mirasa
Karasa nangtungna
Karasa rukuna
Karasa sujudna
Lamun sholat ges mirasa, bakal ngenah kana migawena
Jang sholat kudu aya tapakna
Kudu aya rasa dedeui ka sholat
Lamun bener sholatna pasti bakal aya rasa dedeuin kana sholat
Sabab ngarasaan kumaha ngenahna sholat
Matakna jang kudu mikarasa dina sholat


Malam Jum'at, 20 Februari 2020
Di Keheningan Sunyi

Bahasa Rindu

Bahasa Rindu
.
Bahasa Mu selalu membuatku terkesipu
Diam membisu seperti batu
Bahasa rindu membiru
Sahdu dibawah atap biru
.
Malam Jum'at, 20 Februari 2020
Di Ruangan suci

Koceng oren belajar bahasa arab

Okeee temen-temen kembali lagi bersama saya koceng terkece, terkeren koceeeng oren. Kali ini koceeeng oren belajar bahasa araaaaab gaeees....